KEWAJIBAN ITTIBA’ RASULULLAHﷺ & LARANGAN TAKLID

?

 Ustadz Abu Islah Hafidzahulloh

Salah satu kewajiban kaum muslimin terhadap agamanya adalah ittiba’ Rosul. Kewajiban ini adalah kewajiban yang tidak bisa ditolelir dan tidak bisa disamakan dengan ketaatan kepada lainnya. Rosululloh Sholallalahu alaihi was sallam diutus Alloh Subhanahu wa ta’la untuk mengajarkan syariat Islam dan mengajak manusia dari kegelapan menuju cahaya hidayah Alloh. Cahaya hidayah inilah yang akan membawa manusia kepada keselamatan dan kenikmatan yang abadi serta menjauhkan petaka dan siksa yang abadi. Maka barangsiapa yang menaatinya akan selamat dan barangsiapa siapa yang menyelisihinya akan celaka dan binasa.
a. Perintah mengikuti perintah Rosul
Diantara dalil yang memerintahkan kita untuk mentaati Alloh Kemudian Rosul adalah sebagai berikut:
1. Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.(An-Nisa” 59)
2. Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman :
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.( An-Nisa’ : 39)
3. Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman.
Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (Alin Imron-32)
4. Rosulloh Sholallahu alaihi was sallam bersabda:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“ Tidak beriman secara sempurna salah satu dari kalian sampai aku (Rosululloh) menjadi yang paling dia cintai dari anaknya dan orang tuanya dan manusia seluruhnya” (HR. Muslim)
5. كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
“ Semua ummatku akan masuk surga kecuali yang enggan, mereka bertanya” Siapa yang yang enggan wahai Rosululloh ?, Beliau mengatakan “ Barangsiapa yang mentaatiku maka dia akan masuk surga dan barangsiapa yang memaksiatiku maka dialah yang enggan” (HR. Bukhori)
b. Petaka tatkala menyelisihi perintahnya
Ayat-ayat dan hadits-hadits diatas sangat jelas menunjukkan kepada kita agar seorang muslim mendahulukan ketaatan kepada Rosululloh Sholallahu alaihi wassallam daripada ketaatan kepada selain beliau. Sehingga apabila seorang muslim tidak mendahulukan ketaatan kepada Rosululloh Sholallahu alaihi wassallam diatas ketaatan kepada yang lainnya maka dia akan mendapatkan balasan yang tidak baik, baik berupa adzab atau ancaman dari Alloh Subhanahu wa ta’ala:
Diantara ayat dan hadits yang menjelaskan tentang hal ini adalah sebagai berikut:
Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. ( An-Nisa”: 115)
Alloh Subhanahu wa ta’la berfirman:
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”.(An-Nur : 63 )
Ibnu Abbas mengatakan :
يُوشِكُ أَنْ تَنْزِلَ عَلَيْكُمْ حِجَارَةٌ مِنْ السَّمَاءِ”، أَقُولُ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَتَقُولُونَ : قَالَ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ ؟ ” ،
“ Hampir saja diturunkan atas kalian batu dari langit,karena aku mengatakan ; Berkata Rosululoh Sholallahu alaihi wa sallam, sementara kalian mengatakan ‘ Berkata Abu Bakar dan Umar”.(Sebagaimana yang disebutkan Syaikh Muhammad bin Abdul wahhab dalam kitab Tauhidnya)
c. Perkataan para ulama untuk selalu ittiba’ rosul
Para ulama telah bersepakat agar kaum muslimin untuk senantiasa mengikuti dan mencontoh Rosululloh Sholallahu alaihi was sallam, bahkan mereka menegaskan bahwa pendapat mereka (para ulama) tidak boleh dipakai apabila bertentangan dengan sunnah Rosululloh Sholallahu alaihi was sallam yang shohih. Berikut beberapa perkataan para ulama dalam masalah ini.
1. Al Imam Abu Hanifah mengatakan:
اِذَا صَحَّ الْحَدِيْثُ فهُوَ مَذْهَبِيْ
“Apabila telah shohih sebuah hadits maka ia adalah madzhabku”
يَحِلُّ لِأحَدٍ أنْ يَأْخُذَ بِقَوْلِنَا ما لَمْ يَعْلَمْ مِنْ أيْنَ أَخَذْنَاهُلا
“ Tidak halal bagi seseorang untuk mengambil pendapat kami selama tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya”. Dan dalam riwayat lain
حَرَامٌ عَلَى مَنْ يَعْرِفْ دَلِيْلِيْ أَنْ يُفْتِيْ بِكَلَامِيْ
“ Haram bagi siapapun yang tidak mengetahui dalilku kemudian berfatwa menyandarkannya padaku”. Dan di riwayat yang lain:
فَاِنَّناَ بَشَرٌ نَقُوْلُ الْقَوْلَ الْيَوْمَ وَنَرْجِعُ عَنْهُ غَدًا
“ Sesungguhnya kami ini manusia , kami berpendapat hari ini dan ias jadi besok kami meralatnya”

2. Imam Malik bin Anas mengatakan :
إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ ، أُخْطِئُ وَأُصِيبُ ، فَانْظُرُوا فِي رَأْيِي ، فَكُلَّمَا وَافَقَ الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ فَخُذُوا بِهِ , وَكُلَّمَا لَمْ يُوَافِقِ الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ , فَاتْرُكُوهُ
“Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang salah dan benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, ambillah dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, tinggalkanlah”. (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)
ليس أحد بعد النبي صلى الله عليه وسلم إلا ويؤخذ من قوله ويترك إلا النبي صلى الله عليه وسلم.
“Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam “. (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3. Imam Syafi’i mengatakan :
ما مِنْ أَحَدٍ إلَّا وَتَذْهَبُ عَلَيْهِ سُنَّةٌ لِرَسُولِ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَتَعْزُبُ عَنْهُ، فَمَهْمَا قُلْت مِنْ قَوْلٍ أَوْ أَصَّلْت مِنْ أَصْلٍ فِيهِ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – خِلَاف مَا قُلْت فَالْقَوْلُ مَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -، وَهُوَ قَوْلِي ” وَجَعَلَ يُرَدِّدُ هَذَا الْكَلَامَ ” .)
“Tidak ada seorangpun, kecuali dia harus bermadzab dengan Sunnah Rasulullah dan menyendiri dengannya. Walaupun aku mengucapkan satu ucapan dan mengasalkannya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bertentangan dengan ucapanku. Maka peganglah sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Inilah ucapanku.”
أجمع المسلمون على أن من استبان له سنة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم لم يحل له أن يدعها لقول أحد).

”Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”

إذا وجدتم في كتابي خلاف سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم فقولوا بسنة رسول الله صلى الله عليه وسلم ودعوا ما قلت). (وفي رواية (فاتبعوها ولا تلتفتوا إلى قول أحد). (النووي في المجموع 1/63

”Apabila kamu mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.”
(إذا صح الحديث فهو مذهبي). (النووي 1/63)
“Apabila Hadist itu Shahih, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

أنتم أعلم بالحديث والرجال مني فإذا كان الحديث الصحيح فأعلموني به أي شيء يكون: كوفيا أو بصريا أو شاميا حتى أذهب إليه إذا كان صحيحا). (الخطيب في الاحتجاج بالشافعي 8/1)

”Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu dari padaku tentang hadist , dan orang-orangnya (Rijalull-Hadits). Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.”
كل مسألة صح فيها الخبر عن رسول الله صلى الله عليه وسلم عند أهل النقل بخلاف ما قلت فأنا راجع عنها في حياتي وبعد موتي). (أبو نعيم في الحلية 9/107
.”Setiap masalah yang didalamnya terdapat kabar dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam adalah shahih …..dan bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku meralatnya di dalam hidupku dan setelah aku mati.”
(إذا رأيتموني أقول قولا وقد صح عن النبي صلى الله عليه وسلم خلافه فاعلموا أن عقلي قد ذهب). (ابن عساكر بسند صحيح 15/10/1)

.”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya shahih, maka ketahuilah, sesungguhnya akalku telah bermadzhab dengannya (Hadits Nabi).

(كل ما قلت فكان عن النبي صلى الله عليه وسلم خلاف قولي مما يصح فحديث النبي أولى فلا تقلدوني). (ابن عساكر بسند صحيح)
.Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu mengikutiku.” (ibnu Asakir, 15/9/2)

(كل حديث عن النبي صلى الله عليه وسلم فهو قولي وإن لم تسمعوه مني).)
“Semua hadits dari Rosululloh sholallahu alihi was sallam maka dia adalah pendapatku, walaupu kalian tidak mendengarkannya dariku.”

4. Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan :

لا تقلدني ولا تقلد مالكا ولا الشافعي ولا الأوزاعي ولا الثوري وخذ من حيث أخذوا). (ابن القيم في إعلام الموقعين
“Janganlah engkau mengikuti aku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al¬ Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

رأي الأوزاعي ورأي مالك ورأي أبي حنيفة كله رأي وهو عندي سواء وإنما الحجة في الآثار). (ابن عبد البر في الجامع)
“Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan alasan hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits. Red.)” (Ibnul Abdl Brr di dalam Al-Jami`, 2/149)
من رد حديث رسول الله صلى الله عليه وسلم فهو على شفا هلكة).)
“Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

d. Siapakah saya dan siapakah anda dan siapakah dia ?
Jika para ulama saja yang keilmuannya sudah diakui umat ini mereka tunduk terhadap sunnah Rosulloh Sholallahu alaihi wassallam yang shohih, maka bagaimana dengan kita?. Bagaimana dengan anda dan bagaimana dengan dia. Sudah selayaknya untuk patuh dan dan taat serta tunduk kepada Rosululloh Sholallahu alaihi was sallam.
Dengan penjelasan diatas semoga kita tidak menjadi orang yang taklid (ikut-ikutan) kepada para ulama, para guru atau para tetua. Tetapi lebih mengenal dan melihat dari dalil-dalil yang mereka sampaikan. Apabila yang mereka sampaikan sesuai dengan dalil yang shohih maka kita mengikutinya, akan tetapi apabila yang mereka sampaikan tidak benar dan tidak berdasarkan dalil yang shohih maka wajib kita tolak. Tentunya tetap menjaga adab sopan santun serta tata krama yang dengan mereka dengan baik. Jangan merendahkannya, menghinanya tau bahkan mencelanya.
Wallohu a’lam bish showab

Reference :
– Al-Qoulul mufid fi syarh kitabit tauhid syaikh Ibnu Utsaimin
– Shohih fiqih Sunnah Abu Malik Kama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *